Tips Membimbing Anak Belajar Mengendalikan Emosi

Salah seorang juru bicara AAP (American Academy of Pediatrics), Laura Jana, M.D, mengatakan bahwa seringkali orang tua beranggapan mengajarkan anak untuk dapat mengendalikan emosi bukanlah hal penting. Padahal, ketika seseorang akan membuat suatu pilihan atau keputusan, seringkali dipengaruhi oleh faktor suasana hati atau emosi. Terutama pada usia anak-anak, seringkali emosinya mempengaruhi keputusannya untuk bermain, tidur maupun makan. Dan fakta lainnya yaitu, seseorang yang dapat mengendalikan emosi seringkali dapat menjalankan pola hidup yang sehat secara konsisten.

Laura menyampaikan bahwa anak usia sekolah tidaklah mudah untuk diajarkan terkait mengendalikan emosi atau moodnya. Ia mengumpamakan hal tersebut seperti mengajari anak usia tiga tahun untuk mengikat sendiri tali sepatunya. Hal ini membutuhkan skill yang mesti dilatih dengan konsisten, karena mengendalikan emosi tidaklah suatu hal yang langsung bisa hanya dalam sekali komunikasi saja. Diperlukan beberapa langkah-langkah dalam membimbing anak agar mereka bisa mengendalikan emosi, bahkan sampai memiliki kebiasaan dalam mengendalikan emosinya secara positif.

Langkah 1: Kenali Cara Mengatasi Mood Swing pada Anak.

Sebagai langkah pertama, simana sebagai orangtua, kita dapat mengenali dan mengetahui hal-hal yang mesti dikerjakan untuk mengatasi Mood Swing pada anak yang muncul hanya karena ingin menggunakan kembali kaos kesukaannya yang belum sempat dicuci. Membujuknya bukanlah ide baik, apalagi ketika anak sedang tantrum atau mengamuk, karena hanya akan menghabiskan energi anak dan Anda. Nah, yang perlu dilakukan yaitu:

Menerima kemarahan anak, namun jangan beradu argument dengannya. Anda hanya perlu menunjukkan kepada anak bahwa Anda dapat mengerti rasa kesalnya. Biarkan anak menenangkan diri dengan memberinya waktu untuk menyalurkan emosinya melalui kegiatan fisik, seperti bermain basket di halaman atau kegiatan lainnya. Emosi dapat diredakan melalui kegiatan fisik.

Ketika anak sudah tenang, ajak anak membicarakan hal apa yang membuatnya kesal, kemudian Anda dapat memberikannya solusi yang rasional menghadapi situasi tersebut. Tahap ini merupakan cara membimbing anak untuk menyalurkan emosi dengan cara yang sehat dan bukan melampiaskannya kepada orang lain.

Langkah 2: Ajak Anak Berkomunikasi.

Membangun rasa nyaman bagi anak untuk dapat bercerita banyak hal kepada orangtuanya merupakan hal yang sangat penting. Karena orangtua dapat mengerti sumber persoalan yang dihadapi anak dan dapat membimbing anak untuk mengatasi masalahnya dengan cara yang rasional dan lebih dewasa.

Akan tetapi, membangun rasa nyaman dan kepercayaan anak untuk terbuka kepada orangtuanya tidak dapat diwujudkan hanya dalam sekali pendekatan, melainkan butuh proses. Lakukan makan bersama sesring mungkin, karena kepercayaan anak untuk menceritakan segala hal yang dirasakan dan dipikirkannya dapat dibangun dari ruang kebersamaan natural melalui makan bersama. Bangun percakapan dengan kreatif.

Seriuslah dalam mendengarkan anak berbicara. Tidak jarang, ketika anak menceritakan masalah pertemanannya dianggap sebagai masalah sepele oleh para orangtua. Padahal bagi anak, itu adalah hal serius. Ketika orangtua menunjukkan respon yang tidak tertarik dengan curhatan anak, maka anak tidak akan mempunyai rasa nyaman dalam berbagi masalah yang dialaminya. Akhirnya, ketika anak menghadapi masalah, ia hanya akan menghadapinya sendiri dengan emosinya.

Langkah 3: Ajarkan Kebiasaan Sehat Kepada Anak dalam Melampiaskan Emosi.

Untuk membangun fondasi yang kuat bagi anak untuk mengendalikan emosi, salah satunya adalah mengarahkan anak melampiaskan emosinya melalui suatu kebiasaan yang sehat. Salah satu cara membuat anak memiliki fondasi yang kuat atas emosinya adalah, dengan membiasakan mereka menemukan cara yang sehat untuk melampiaskan emosinya.

Berikan mereka suatu rutinitas, karena rutinitas akan membentuk kedisiplinan anak, sehingga membantu mereka mengenali keteraturan. Misalnya mengarahkan anak untuk secara teratur berolahraga.

Dengan berolahraga, tubuh akan menghasilkan hormon endorfin atau hormon rasa gembira. Tidak hanya itu, berolahraga juga membantu anak membentuk kepercayaan dirinya. Alhasil, anak dapat lebih positif mengendalikan emosi dalam menghadapi situasi yang tidak sesuai harapannya.

Terakhir, ajarkan juga cara untuk relaks kepada anak,

karena kemampuan merelakskan diri juga termasuk dari mengendalikan emosi. Dari pada bermain gadget, akan lebih relaks jika mendengarkan musik, melukis maupun melakukan olahraga.